Kamis, 20 Juni 2013

Sumur Gemuling, Petilasan Sejarah Kabupaten Pati

Catatan perjalanan kali ini, saya berada di Pati, Jawa Tengah. Secara geografis kota ini terletak di dataran rendah sehingga cukup terasa panas. Setelah puas menyantap kuliner khas Nasi Gandul dan menikmati pemandangan Gunung Muria dengan hamparan tanah persawahan, perjalanan saya lanjutkan dengan singgah di Sumur Gemuling di Dusun Bantengan. Sumur ini merupakan salah satu petilasan sejarah Kabupaten Pati.

Dalam Babat Pati : Brubuh Majasemi diriwayatkan cagar budaya ini sebagai tempat beristirahat Ki Dalang Soponyono pada saat melarikan Dewi Ruyung Wulan (Putri dari Adipati Carangsoko). Ki Dalang Soponyono adalah seorang dalang yang sangat terkenal pada saat itu terutama di kawasan Kadipaten Mojosemi, Bantengan, Carangsoko, Pesantenan, Paranggarudo dan sekitarnya, karena mampu membawakan karakter tokoh wayang dalam cerita Mahabarata dan Ramayana yang seolah - olah cerita itu hidup.

Dalam legenda tersebut dikisahkan Ki Dalang Soponyono melarikan Dewi Ruyung Wulan pada saat tampil diperhelatan upacara pernikahannya dengan Raden Jasari (Putra dari Adipati Paranggarudo) karena paksaan untuk dijodohkan. Sebenarnya Dewi Ruyung Wulan lebih tertarik dengan sosok Ki Dalang Soponyono daripada calon suaminya, sehingga mereka berdua mengatur strategi dengan membuat lakon cerita dalam pementasan wayang yang mirip seperti kisah hidupnya yang tragis. Ketika tiba saatnya untuk tampil Ki Dalang Soponyono ditemani oleh dua orang adik perempuannya dan Dewi Ruyung Wulan sebagai waranggono. Lalu pada saat waktu yang telah ditentukan Ki dalang Soponyono dengan kesaktiannya mematikan lampu minyak yang dipergunakan untuk penerangan dan membawa lari Dewi Ruyung Wulan beserta kedua orang adiknya. Kemudian pihak Kadipaten Paranggarudo-pun melakukan pengejaran yang dipimpin oleh Patih Singopati dan Yuyu Rumpung. Dalam pelariannya ke empat orang tadi sampailah di Dusun Bantengan, karena telah menempuh perjalanan yang cukup jauh merasa kehausan dan kelelahan, maka mereka-pun berhenti untuk beristirahat. Dan ditemuilah sebuah sumur di tempat tersebut, namun ketika Ki Dalang bermaksud mengambil air dari dalam sumur untuk diminum ternyata tidak terdapat timba (alat tradisional) untuk mengambil air dari dalam sumur. Kemudian Ki dalang Soponyono dengan kesaktian yang dimilikinya dan atas izin Tuhan Yang Maha Esa maka sumur itu sanggup digulingkan sehingga airnya dapat mengalir untuk diminum.

Sulit dibayangkan sumur yang berada di dalam perut bumi dapat digulingkan namun percaya atau tidak, itulah legenda yang telah beredar dari mulut ke mulut dan telah turun temurun di kalangan masyarakat sekitar Kota Pati. Saat ini kemiringan sumur tersebut tidak dapat dilihat sebagaimana yang telah dikisahkan karena sudah ditutup untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan dan letak sumur itu dipercaya berada dibawah pohon beringin yang tumbuh diatasnya.

Legenda Punden Kemiri di Kota Pati


Punden Kemiri merupakan tempat keramat peninggalan nenek moyang. Kemampuannya tidak hanya sebatas mampu memberi petunjuk gaib. Di lokasi yang sama terdapat gentong kemiri berisi air. Konon air tersebut dapat berubah-ubah menurut penglihatan masing-masing peziarah. Air tersebut tentu saja menyimpan banyak khasiat. Kadangkala air di dalam gentong di punden Kemiri terlihat penuh, sementara pada saat yang sama pengunjung lainnya melihat air yang mulai menyusut. Pemandangan yang berubah-ubah itu semakin menyakinkan para peziarah. Ketika mereka mulai memasuki kawasan punden yang berada di Desa Kemiri, Kecamatan Pati Kota, Kabupaten Pati ini merasakan adanya hawa mistis yang meresap dalam sukma.“Tinggi rendahnya air itu menjelaskan takaran rezeki seseorang,” terang juru kunci Punden Kemiri, Mbah Ahmad. Air dari dalam gentong juga diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Asal usul Kabupaten Pati Keberadaan punden Kemiri sebagai tempat wingit memang sudah lama diyakini warga. Konon menurut cerita sejarah sebelum berdirinya kota Pati yang dipimpin oleh Bupati Tombronegoro, pusat kekuasaan Pati masih berada di Desa Kemiri. Pada saat itu kerajaan berbentuk perdikan masih bernama Pesantenan dengan raja bernama Raden Kembangjoyo. Kata Pati dan Pesantenan sendiri diambil dari nama bahan baku dawet Ki Onggo, penjual dawet kepada Raden Kembangjoyo. Setelah peralihan kekuasaan dari Kembangjoyo ke tangan Tombronegoro, lokasi pemerintahan dipindah dari Desa Kemiri ke Desa Kauman dengan nama daerah menjadi Pati. Meski telah berpindah sebagai pusat kekuasaan namun Desa Kemiri yang juga menjadi tempat makam Eyang Kembangjoyo masih diyakini sebagai tempat bersejarah yang menyimpan wingit.Selain makam eyang Kembangjoyo di lokasi yang sama terdapat gentong Kemiri milik Ki Onggo yang juga menjadi tempat menyimpan keris Rambut Pinutung dan Kuluk Kanigoro. Menjadi tempat laku paranormal keberadaan punden Kemiri sebagai tempat wingit memang diakui oleh kalangan paranormal/spiritualis. Paranormal kondang asal Pati, Mbah Roso mengungkapkan adanya kerajaan ‘gaib’ yang berdiri ditengah pohon beringin belakang aula. Konon sebelum aula digeser beberapa meter ke depan, pohon yang menjadi simbol pusat kekuasaan kadipaten Pati berada tepat di titik tengah aula. “Di tempat itu pula, kekuasaan raja gaib di wilayah Pati bersemayam,” tuturnya. Meskipun telah berpindah lokasi, namun kekuasaan kerajaan gaib masih bertempat di lokasi tersebut. Selain itu seluruh pengikut eyang Kembangjoyo baik dari kalangan jin maupun manusia tetap setia menunggui makam pemimpinnya hingga meninggal dunia. “Itu makanya tempat itu dikenal sangat keramat,” tambahnya..Kekeramatan punden Kemiri ternyata tidak hanya menjadi tempat ‘jujugan’ bagi masyarakat awam. Beberapa kalangan ‘berilmu’ konon sering mengasah keparanormalannya di punden Kemiri. Tidak hanya dari wilayah Pati dan sekitarnya, paranormal dari daerah Jawa Barat seperti Banten dan Serang diketahui juga sering melakukan tirakat di punden Kemiri. Mereka berkeyakinan bahwa Raden Kembangjoyo adalah salah satu bangsawan di tanah Jawa yang merupakan keturunan dari raja-raja di Jawa. “Khadam kesaktiannya itulah yang ingin diwariskan,”.

Pati, Kota Seribu Paranormal


Tidak berlebihan jika Kabupaten Pati, Jawa Tengah, berjulukan kota seribu paranormal. Di Pati, sangat mudah menemukan paranormal, baik yang sudah tersohor seperti Boss Eddy atau Mbah Roso, maupun paranormal kelas kampung yang tersebar di hampir seluruh perkampungan.
Di antara paranormal yang kondang, ada nama-nama seperti Boss Eddy, Mbak Har, Mbah Roso, Jeng Asih, Sukma Jati, Anisa Dewi, David Gombak, dan Dewi Sedap Malam. Klien mereka beragam, mulai dari kalangan selebritas, pejabat, politikus, tentara, polisi, pengusaha, pedagang, sampai mahasiswa.

Menurut Boss Eddy, yang juga Ketua Paguyuban Paranormal Indonesia, menjamurnya paranormal di Pati tak lepas dari sejarah panjang supranatural di daerah ini. Sejak zaman Mataram Hindu, masyarakat Pati dikenal sebagai masyarakat yang gandrung ilmu
 kanuragan (kesaktian). Saat Kerajaan Mataram Hindu bermetamorfosis menjadi Mataram Islam dan mendirikan Kerajaan Demak Bintoro, konon masyarakat Pati, yang hanya berjarak sekitar 40 kilometer dari Kota Demak, ikut berjuang.

Secara geografis, Pati juga dikelilingi oleh makam-makam tokoh spiritual yang sangat kuat. Di sebelah barat ada Sunan Kalijaga di Demak, serta Sunan Kudus dan Sunan Muria di Kudus. Di sebelah selatan ada Syekh Jangkung dan Saridin yang kondang dengan kesaktiannya. Dari sisi utara ada makam KH Mutamakin. Di pegunungan Patiayam juga pernah berdiri padepokan yang dipimpin Senggoropati, paranormal kondang yang menjadi guru hampir semua paranormal saat ini.

"Keberadaan makam-makam tersebut ikut mempengaruhi tradisi spiritual masyarakat Pati," ujar Boss Eddy ketika ditemui
Tempo, Senin malam, 1 April 2013. Keberadaan makam-makam tersebut, lanjutnya, ikut memperkuat aura spiritual masyarakat Pati.

Hal senada diakui Jeng Asih. Menurut perempuan bernama asli Asih Marlina ini, keberadaan setiap tokoh spiritual di Pati menjadi sumber kekuatan para paranormal yang ada sekarang. Sumber kekuatan itu sesuai dengan jasa layanan yang diberikan para paranormal yang meliputi pengasihan, penglarisan,
 kanuragan, dan kewibawaan. 

Dia menguraikan, pengasihan tak lepas dari keberadaan Ratu Kalinyamat dan Mbah Ratu. Sumber kekuatan kewibawaan adalah Makam Eyang Pragolo dan Eyang Mbuluh Cengol Sewu. Sedangkan tokoh Saridin dan Tondo Negoro sebagai sumber kekuatan
 kanuragan. "Masing-masing tokoh tersebut masih punya pengikut sampai sekarang".

wisata di pati


wisata Alam
·         Air Terjun Santi, di Desa Gunungsari
·         Air Terjun Grenjengan Sewu, di Desa Jrahi
·         Air Terjun Tadah Hujan, di Desa Sukolilo
·         Gua Wareh, di Kecamatan Kayen
·         Gua Pancur, di Desa Kayen
·         Waduk Gunung Rowo, di Desa Sitiluhur
·         Waduk Seloromo, di Desa Gembong
Wisata Sejarah
·         Masjid Agung Pati, di Desa Ngarus
·         Pintu Gerbang Majapahit, di Desa Panjunan
Wisata Keluarga
·         Juwana Water Fantasy, di Desa Bumimulyo (Mujil)
·         Sendang Tirta Marta Sani, di Desa [[Tamansari, Tlogowungu, Pati|Tamansari]
·         Perairan budidaya ikan air tawar, di Desa Talun
·         Byar-Byur Water Park, di Desa Winong
Wisata Religi
·         Makam Mbah Tabek Merto, di Desa Kajen
·         Makam Saridin (Syeh Jangkung), di Desa Kajen
·         Makam Mbah Ahmad Mutamakkin, di Desa Kajen
·         Mbah Ronggo Kusumo, di Desa Ngemplak
·         Makam Ki Ageng Singo Padu (Patih Carang Soko), di Desa Ngurenrejo
·         Makam Nyai Ageng Ngerang, di Desa Tambakromo (Dukuh Ngerang)
·         Makam Simbah Hasbullah, di Desa Kembang
·         Makam Mbah Hendro Kusumo, di Desa Gambiran
Kuliner
Masakan
Masakan khas kabupaten Pati, yaitu:
·         Nasi Gandul
·         Soto Kemiri
·         Bandeng Presto Juwana
·         Petis Kambing Runting
·         Kotokan Gereh Tongkol
·         Sego Tewel
Minuman
Minuman khas kabupaten Pati, yaitu:
·         Wedang Coro
·         Kopi Jolong
Oleh-Oleh
Oleh-oleh khas kabupaten Pati, yaitu:
-  Kerupuk Daging
- Kerupuk Ampo